1.
Pemenggalan
Kata
Merupakan
penjabaran atas ketentuan tentang pemenggalan kata dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.prinsip yang
digunaan dalam pemenggalan kata ini prinsip gramatikal dan prinsip ortografis.
A. Pemenggalan
kata jadian (kata kompleks) dilakukan dengan berpegangan pada prinsip
gramatikal.
I. Awalan
dan akhiran diperlakukan sebagai satuan terpisah.
Contoh: ber-a.sas
Perhatikan: ber-u.ang
be-ru.ang
II. Bentuk
gabungan dipenggal lebih dahulu atas satuan-satuannya.
Contoh: ba.gai-ma.na
B. Pemenggalan
kata dasar, baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan berpegang
pada prinsip ortografis.
I. Pemenggalan
kata uang mengadung huruf-huruf vocal yang berurutan di tengahnya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Contoh: bu.ah
ma.in
II. Bagian
kata yang terdiri atas satu huruf vokal (termasuk akhiran –i) pemenggalannya dilakukan sebagai berikut.
a.da
me.nu.lis.i
III. Suku
kata yang mengandung gugus vocal au, of,
ae, ci, eu, dan ui, baik dalam
kata-kata Indonesia maupun dalam kata-kata serapan, diperlakukan sebagai satu
suku.
Contoh: san.tai
au.la
Bandingankan dengan: ka.in
la.uk
Akan
tetapi, kata seperti Mei, prei, dai, dan sai dipenggal menjadi
Me.i
pre.i
IV. Pemenggalan
kata yang mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Contoh: ba.pak
so.pan
V. Pemenggalan
kata yang mengadung dua huruf konsonan berurutan yang tidak mewakili satu fonem
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Contoh: pin.dah
VI. Pemenggalan
kata yang di tengahnya terdapat digraph atau gabungan huruf konsonan yang
mewakili fonem tunggal dilakukan dengan tetap mempertahankan kesatuan digraf
itu.
Contoh: akh.lak
mu.ta.khir
VII. Pemenggalan
kata yang mengadung tiga atau empat huruf konsonan berurutan di tengahnya
dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan huruf konsonan kedua. (Namun
perhatikan butir (6) di atas).
Contoh: ben.trok
Perhatikan: bang.krut
VIII. Pemenggalan
kata yang mengadung bentuk trans dilakukan seperti di bawah ini.
a. Jika
trans diikuti bentuk bebas, pemenggalannya dilakukan dengan memisahkan trans
sebagai bentuk utuh dan bagian lainnya dipenggal kata dasar.
Contoh:
trans.mig.ra.si
b. Jika
trans diikuti oleh bbentuk terikat, pemenggalan seluruh kata dilakukan dengan mengkuti
pola pemenggalan kata dasar.
Contoh:
tran.spi.ra.si
Catatan:
Transkrip dan transkripsi dipenggal menjadi tran.skrip dan tran.skrip.si
IX. Pemenggalan
kata yang mengandung bentuk eks-dilakukan seperti dibawah ini.
a. Jika
unsure ek- ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan yang mengandung unsure
in- atau –im, pemenggalannya dilakukan antara eks dan unsur berikutnya.
Contoh:
eks.tra (bandingkan
dengan intra)
eks.pli.sit (bandingkan dengan implisat)
b. Bentuk
lain yang mengandung unsure eks- dipenggal sebagai kata utuh. Pemenggalan eks
dilakukan di antara k dan s.
Contoh:
ek.ses
ek.sis.ten.si
X.
Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih
dari satu unsure dan salah satu unsure itu dapat bergabung dengan unsure lain,
dilakukan di antara unsure-unsurnya. Ketentuan ini sama dengan ketentuan 1.2 di
atas.
Contoh:
endoskop endo-skop en.do.skop
atmosfer atmo-sfer at.mo.sfer
Kecuali: te.le.gra.fis
XI. a)
Pemenggalan unsure serapan asing yang berakhir –isme dan –isme itu
didahului
oleh huruf vokal, dilakukan setelah huruf vokal.
Contoh: egoism e.go.is.me
b)
Pemenggalan unsure serapan asing yang berkahir –isme dan –isme itu
didahului
oleh sebuah huruf konsonan, dilakukan sebelum huruf konsonan
itu.
Contoh: humanisme hu.ma.nis.me
XII. Pemenggalan
unsur serapan asing yang berakhir –anda,-asi,-ika,-ikal,dan –tas dilakukan
sebagai berikut.
a. propaganda
pro.pa.gan.da
b. dedikasi de.di.ka.si
XIII.
Pemenggalan unsure serapan asing yang
berakhir –ak,-al,-ans,-at,-if –ik,-is,-or, dan –ur dilakukan sebagai berikut.
a. amoniak a.mo.ni.ak
b. nasional na.si.o.nal
XIV.
Pemenggalan unsure serapan asing yang
berakhiran –i dan –iah dilakukan sebagai berikut.
monarki mo.nar.ki
badani ba.da.ni
2.
Pemakaian
Huruf Kapital
A. Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya: Dia membaca buku,Apa maksudnya?,Kita harus bekerja keras,Pekerjaan
itu akan selesai dalam satu jam.
B. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan lansung.Misalnya:Adik
bertanya”Kapan kita pulang?”,Orang itu menasihati anaknya,”Berhati hatilah
nak!, Kemarin engkau terlambat,”katanya”,”Besok pagi,”kata ibu,”Dia akan
berangkat”`
C. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Islam, Bimbinglah hamba-Mu ya Tuhan,
D. I.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertanma nama gelar kehormatan, keturunan,dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:
Mahaputra
Yamin, Imam Ahmad
II.Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehurmatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang. Misalnya:
Dia diangkat menjadi presiden, Tahun ini dia pergi naik haji
E. I.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti
nama orang tertentu. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Mentri Nehru
II.Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya. Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia Sidang
itu dipimpin Presiden
III.Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.Misalnya:
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor
jendral.
F.
I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Muhammad
Iwan,
Catatan
:
1).Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama seperti pada de,van,dan der (dalam nama Belanda), von (dalam bahasa Jerman), atan da (dalam bahasa Portugal). Misalnya :
J.J de Hollander, H. van der Giessen, Vasco da Gama
2).Dalam
nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai
untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau
binti. Misalnya: Iwan bin Ahmad
, Aisyah binti Mahmud
II.Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
Pascal second
Pas
N Newton
III.Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel, 18 volt
G. I.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.Misalnya: bangsa Eskimo, suku Aborigin, bahasa Indonesia.
II.Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang digunakan sebagai dasar kata
turunan. Misalnya: kejawa-jawaan, pengindonesiaan kata asing
H. I.Huruf
kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya:
tahun Masehi, bulan Juli, hari Minggu, hari Lebaran.
II.Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang
Dunia I,
III.Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan
Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
I.
I.Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama diri geografi. Misalnya: Banyuwangi, Asia Tenggara,
II.Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi diikuti nama
diri geografi.Misalnaya: Danau Toba, Terusan Suez
III.Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya
menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya: sate Madura, ukiran Jepara
IV.Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama geografi yang tidak diikuti
nama diri geografi. Misalnya: mandi di danau, berlayar ke teluk
V.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya: nangka belanda, pisang ambon.
J.
I.Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya:
Republik Indonesia, Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak.
II.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata yang bukan
nama
resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi. Misalnya: beberapa badan hukum, menjadi sebuah republic
Catatan: Jika
yang dimaksudkan adalah nama resmi nnegara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia,
huruf awal kata tersebut ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Surat itu
telah ditandatangani oleh Direktur,
K. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, , lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen
resmi, dan judul karangan. Misalnya: Perserikatan Bangsa- Bangsa, Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan.
L.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul
buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletakpada posisi
awal. Misalnya: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra,
D ia adalah agen surat kabar Pontianak Post.
M. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan
sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya:
Dr. doctor
S.H. sarjana
hukum.
Catatan : Gelar
akaademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur
secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 036 / U / 1993.
N. I.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertaama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara,
kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya: Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”,
Besok Paman akan datang.
II.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertaama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam
pengacuaan atau penyapaan.
Misalnya :
Kita harus menghormati bapak dan
ibu kita.
Semua kakak
dan adik saya sudah menikah.
O. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda
yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya: Sudahkah Anda shalat?
P.
Huruf kapaital dipakai sebagai huruf
pertama pada kata, seperti ketrangan,
catatan, dan misalnya yamg didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh
paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu
3.
Penulisan
Kata Turunan
A. I.Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya: berjalan, dipermalukan, gemetar, melukis, kemauan, pekebun
II.Imbuhan
dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk
singkatan atau kata dasar
yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya: me-recall,
mem-PHK-kan
B. Jika
bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk
tangan, garis bawahi, menganak sungai
C. Jika
bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan, menggarisbawahi
D. Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
antarkota
|
ekawarna
|
paripurna
|
biokimia
|
infrastruktur
|
swadaya
|
caturtunggal
|
kosponsor
|
telepon
|
dasawarsa
|
mancanegara
|
ultramodern
|
4.
Penulisan
Bentuk Ulang
Bentuk
ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsure unsurnya.
Misalnya: anak-anak
biri-biri
Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya: surat kabar: surat-surat kabar
kapal barang: kapal-kapal barang
5.
Penulisan
Gabungan Kata
A.
Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar model linear
kambing
hitam persegi panjang
B.
Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya: anak-istri pejabat anak istri-pejabat
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
C.
Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat
awalan atau akhiran.
Misalnya: bertepuk tangan
menganak sungai
D.
Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya: dilipatgandakan
menggarisbawahi
E. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya: acapkali
adakalanya
6.
Penulisan
Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
7.
Penulisan
partikel
A. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
B. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun
permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Jika kita
hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
Catatan: Partikel
pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
C. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau
‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
8.
Penulisan
Singkatan dan Akronim
A. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan,
atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H.
Hamid Haji Hamid
B. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap
kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda
titik.
Misalnya:
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
UI
Universitas Indonesia
b.
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PT perseroan terbatas
MAN madrasah aliah negeri
C. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan lain-lain
D. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim
dipakai dalam surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
E. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm
sentimeter
F. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal
setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
BIG Badan Informasi Geospasial
BIN Badan Intelijen Negara
G. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata
atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal
kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional
H. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan
huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu pemilihan umum
9.
Penulisan
Angka dan Lambang Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX,
X, L (50), C (100), D (500), M (1.000),_V (5.000),_M (1.000.000)
A. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan
seperti dalam perincian.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu
juta buku.
B. a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf.
Misalnya:
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
Tiga pemenang sayembara itu diundang ke
Jakarta.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
50
siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
3
pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
b. Apabila bilangan
pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan
kalimatnya diubah.
Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Di
lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
250 orang peserta diundang panitia.
25
naskah kuno tersimpan di lemari itu.
C. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis
sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Dia
mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
D. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang,
berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.
Misalnya:
0,5 sentimeter
5
kilogram
E. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti
jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
Jalan Tanah Abang I/15
F. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau
ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
G. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai
berikut.
a. Bilangan Utuh
Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengah atau seperdua (1/2)
seperenam belas (1/16)
H. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan
cara berikut.
Misalnya:
abad XX
abad ke-20
I. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an
dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus
lima puluhan)
J. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf
sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap
orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Telah
diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu
rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
K. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka
dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti
pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
L. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama
geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Kelapadua
Kotonanampek
10.
Pemakaian
Tanda Titik
A. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat
pernyataan.
Misalnya: Mereka duduk di sana.
Dia akan datang pada pertemuan itu.
B. Tanda titik dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya: a. I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A.
Bahasa Indonesia
1.
Kedudukan
2.
Fungsi
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf
yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran
digital yang lebih dari satu angka (seperti pada Misalnya 2b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau
angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam
judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
Misalnya: Tabel
1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel
1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan
2 Struktur Organisasi
C. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu atau jangka waktu.
Misalnya: pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20
detik
atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
D. Tanda
titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan
(yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
Pusat
Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Jakarta.
Moeliono,
Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
E. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya: Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000
orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Misalnya: Acara
Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bentuk
dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
(3) Tanda
titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta
(b) tanggal surat.
Misalnya: Yth.
Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan
Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta
10330
Yth.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
11.
Pemakaian
Tanda Koma
A. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam
suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya: Telepon
seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku,
majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
B. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung,
seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya: Saya
ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini
bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
C. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat
yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Kalau
diundang, saya akan datang.
Karena
baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Catatan: Tanda
koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya: Saya
akan datang kalau diundang.
Dia
mempunyai banyak teman karena baik hati.
D. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi,
wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
E. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata
seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan,
seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya: O,
begitu?
Wah,
bukan main!
F. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya: Kata
nenek saya, Kita harus berbagi dalam hidup ini.
Kita harus berbagi
dalam hidup ini,‖ kata nenek saya, karena manusia adalah makhluk sosial.‖
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari
bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya: "Di
mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk
ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
G. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat,
(b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan
Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
H. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama
yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional.
Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional.
Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
I. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam
catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat
Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
J. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan
singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya: B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah
M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
K. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di
antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 12,5
m
27,3
kg
L. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, Misalnya, masih banyak bahan tambang
yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus
mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang
pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima
di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
M. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya: Dalam
pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan
bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
12.
Pemakaian
Tanda Titik Koma
A. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti
kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
yang lain di dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Hari
sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah menyelesaikan
pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
B. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian
yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
C. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana,
dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga,
dan program kerja; dan
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset
organisasi.
13.
Pemakaian
Tanda Titik Dua
A. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Misalnya: Mereka
memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang
kemerdekaan: hidup atau mati.
B. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau
penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Kita
memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap
penelitian yang harus dilakukan meliputi
a.
persiapan,
b.
pengumpulan data,
c.
pengolahan data, dan
d.
pelaporan.
C. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: a.
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
D. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama
sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya: Ibu
: "Bawa koper ini, Nak!"
Amir
: "Baik, Bu."
E. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau
nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak
judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya: Horison,
XLIII, No. 8/2008: 8
Surah
Albaqarah: 2—5
14.
Pemakaian
Tanda Hubungan
A. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata
yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya: Di
samping cara lama, diterapkan juga ca-ra baru ….
Nelayan
pesisir itu berhasil membudidayakan rum- put laut.
B. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata
ulang.
Misalnya: anak-anak
berulang-ulang
C. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal,
bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata
yang dieja satu-satu.
Misalnya: 11-11-2013
p-a-n-i-t-i-a
D. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas
hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya: ber-evolusi
meng-ukur
Bandingkan dengan :
be-revolusi
me-ngukur
E. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa
huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas
rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan
yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).
Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka
jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi
Indonesia)
F. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya: di-sowan-i
(bahasa Jawa, ‗didatangi‘)
ber-pariban
(bahasa Batak, ‗bersaudara sepupu‘)
G. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk
terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah
menjadi
pembetonan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar