Santai dan Berpikir Apa yang Harus Dilakukan Sekarang

Minggu, 01 Januari 2017

Rangkuman EYD

1.        Pemenggalan Kata
Merupakan penjabaran atas ketentuan tentang pemenggalan kata dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.prinsip yang digunaan dalam pemenggalan kata ini prinsip gramatikal dan prinsip ortografis.
      A.    Pemenggalan kata jadian (kata kompleks) dilakukan dengan berpegangan pada prinsip gramatikal.
            I.       Awalan dan akhiran diperlakukan sebagai satuan terpisah.
Contoh:           ber-a.sas
Perhatikan:      ber-u.ang
                                    be-ru.ang
II.    Bentuk gabungan dipenggal lebih dahulu atas satuan-satuannya.
Contoh:           ba.gai-ma.na
      B.     Pemenggalan kata dasar, baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan berpegang pada prinsip ortografis.
            I.       Pemenggalan kata uang mengadung huruf-huruf vocal yang berurutan di tengahnya dilakukan             di antara kedua huruf vokal itu.
Contoh:           bu.ah
                                    ma.in
II.    Bagian kata yang terdiri atas satu huruf vokal (termasuk akhiran –i) pemenggalannya dilakukan sebagai berikut.
a.da
me.nu.lis.i
III. Suku kata yang mengandung gugus vocal au, of, ae, ci, eu, dan ui, baik dalam kata-kata Indonesia maupun dalam kata-kata serapan, diperlakukan sebagai satu suku.
Contoh:           san.tai
                                    au.la
Bandingankan dengan:           ka.in
                                                            la.uk
Akan tetapi, kata seperti Mei, prei, dai, dan sai dipenggal menjadi
                                                            Me.i
                                                            pre.i
IV. Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Contoh:           ba.pak
                                    so.pan
V.    Pemenggalan kata yang mengadung dua huruf konsonan berurutan yang tidak mewakili satu fonem dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Contoh:           pin.dah
VI. Pemenggalan kata yang di tengahnya terdapat digraph atau gabungan huruf konsonan yang mewakili fonem tunggal dilakukan dengan tetap mempertahankan kesatuan digraf itu.
Contoh:           akh.lak
                                    mu.ta.khir
VII.   Pemenggalan kata yang mengadung tiga atau empat huruf konsonan berurutan di tengahnya dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan huruf konsonan kedua. (Namun perhatikan butir (6) di atas).
 Contoh:          ben.trok
 Perhatikan:     bang.krut
VIII.  Pemenggalan kata yang mengadung bentuk trans dilakukan seperti di bawah ini.
a.       Jika trans diikuti bentuk bebas, pemenggalannya dilakukan dengan memisahkan trans sebagai bentuk utuh dan bagian lainnya dipenggal kata dasar.
Contoh: trans.mig.ra.si
b.      Jika trans diikuti oleh bbentuk terikat, pemenggalan seluruh kata dilakukan dengan mengkuti pola pemenggalan kata dasar.
Contoh: tran.spi.ra.si
Catatan: Transkrip dan transkripsi dipenggal menjadi tran.skrip dan tran.skrip.si
IX.      Pemenggalan kata yang mengandung bentuk eks-dilakukan seperti dibawah ini.
a.       Jika unsure ek- ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan yang mengandung unsure in- atau –im, pemenggalannya dilakukan antara eks dan unsur berikutnya.
Contoh:  eks.tra           (bandingkan dengan intra)
                                    eks.pli.sit         (bandingkan dengan implisat)
b.      Bentuk lain yang mengandung unsure eks- dipenggal sebagai kata utuh. Pemenggalan eks dilakukan di antara k dan s.
Contoh: ek.ses
                                     ek.sis.ten.si
X.         Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari satu unsure dan salah satu unsure itu dapat bergabung dengan unsure lain, dilakukan di antara unsure-unsurnya. Ketentuan ini sama dengan ketentuan 1.2 di atas.
 Contoh: endoskop                  endo-skop                   en.do.skop
                           atmosfer                   atmo-sfer                     at.mo.sfer
 Kecuali: te.le.gra.fis
XI.      a) Pemenggalan unsure serapan asing yang berakhir –isme dan –isme itu 
             didahului oleh huruf vokal, dilakukan setelah huruf vokal.
             Contoh: egoism          e.go.is.me
b) Pemenggalan unsure serapan asing yang berkahir –isme dan –isme itu
didahului oleh sebuah huruf konsonan, dilakukan sebelum huruf konsonan    
itu.
              Contoh: humanisme              hu.ma.nis.me
XII.   Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir –anda,-asi,-ika,-ikal,dan –tas dilakukan sebagai berikut.
a.       propaganda                   pro.pa.gan.da
b.      dedikasi                        de.di.ka.si
XIII.                   Pemenggalan unsure serapan asing yang berakhir –ak,-al,-ans,-at,-if –ik,-is,-or, dan –ur dilakukan sebagai berikut.
a.       amoniak                        a.mo.ni.ak
b.      nasional             na.si.o.nal
XIV.                   Pemenggalan unsure serapan asing yang berakhiran –i dan –iah dilakukan sebagai berikut.
monarki                                 mo.nar.ki
badani                                   ba.da.ni
    
2.        Pemakaian Huruf Kapital
A.      Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia membaca buku,Apa maksudnya?,Kita harus bekerja keras,Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
B.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan lansung.Misalnya:Adik bertanya”Kapan kita pulang?”,Orang itu menasihati anaknya,”Berhati hatilah nak!, Kemarin engkau terlambat,”katanya”,”Besok pagi,”kata ibu,”Dia akan berangkat”`
C.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Islam, Bimbinglah hamba-Mu ya Tuhan,
D.      I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertanma nama gelar kehormatan, keturunan,dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:  
Mahaputra Yamin, Imam Ahmad
II.Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehurmatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya:
Dia diangkat menjadi presiden, Tahun ini dia pergi naik haji
E.       I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Mentri Nehru
II.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia Sidang itu dipimpin Presiden
III.Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.Misalnya: Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jendral.
F.        I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Muhammad Iwan,
            Catatan :
1).Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de,van,dan der (dalam nama Belanda), von (dalam bahasa Jerman), atan da (dalam bahasa Portugal). Misalnya : J.J de Hollander, H. van der Giessen, Vasco da Gama
2).Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau  binti. Misalnya: Iwan bin Ahmad , Aisyah binti Mahmud
II.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
Pascal second     Pas
N                      Newton
III.Huruf kapital  tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel, 18 volt
G.      I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.Misalnya: bangsa Eskimo, suku Aborigin, bahasa Indonesia.
II.Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang digunakan sebagai dasar kata turunan. Misalnya: kejawa-jawaan, pengindonesiaan kata asing
H.      I.Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya: tahun Masehi, bulan Juli, hari Minggu, hari Lebaran.
II.Huruf kapital dipakai sebagai huruf  pertama unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Dunia I,
III.Huruf  kapital tidak dipakai sebagai huruf  pertama unsur nama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
I.         I.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi. Misalnya: Banyuwangi, Asia Tenggara,
II.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi diikuti nama diri geografi.Misalnaya: Danau Toba, Terusan  Suez
III.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya: sate Madura, ukiran Jepara
IV.Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama geografi yang tidak diikuti  nama diri geografi. Misalnya: mandi di danau, berlayar ke teluk
V. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya: nangka belanda, pisang ambon.
J.         I.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia, Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak.
II. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan
nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya: beberapa badan hukum, menjadi sebuah republic
Catatan: Jika yang dimaksudkan adalah nama resmi nnegara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata tersebut ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur,
K.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, , lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya: Perserikatan Bangsa- Bangsa, Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan.
L.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletakpada posisi awal. Misalnya: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra, D ia adalah agen surat kabar  Pontianak Post.
M.      Huruf  kapital  dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya:                                                                                 Dr.                     doctor                                                                                                    
S.H.                        sarjana hukum.                                                                                           
Catatan : Gelar akaademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036 / U / 1993.
N.      I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertaama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,  dan  paman,  yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”, Besok Paman akan datang.
II. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertaama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuaan atau penyapaan.
Misalnya :  Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
                              Semua kakak dan adik saya sudah menikah.
O.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya: Sudahkah Anda shalat?
P.        Huruf kapaital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti ketrangan, catatan,  dan misalnya yamg didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu

3.    Penulisan Kata Turunan
A.      I.Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya: berjalan, dipermalukan, gemetar, melukis, kemauan, pekebun
II.Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk          
            singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya: me-recall, mem-PHK-kan
B.       Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai
C.       Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran  sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: dilipatgandakan, menggarisbawahi
D.       Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
antarkota
ekawarna
paripurna
biokimia
infrastruktur
swadaya
caturtunggal
kosponsor
telepon
dasawarsa
mancanegara
ultramodern



4.    Penulisan Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsure unsurnya.
Misalnya:         anak-anak
biri-biri
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:         surat kabar:  surat-surat kabar
          kapal barang:  kapal-kapal barang

5.                  Penulisan Gabungan Kata
A. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:         duta besar model linear
kambing hitam persegi panjang
B. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:    anak-istri pejabat anak istri-pejabat
       ibu-bapak kami ibu bapak-kami
C. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:    bertepuk tangan
       menganak sungai
D. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:    dilipatgandakan
       menggarisbawahi
E. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:    acapkali
       adakalanya

6.    Penulisan Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:    Di mana dia sekarang?
       Kain itu disimpan di dalam lemari.

7.    Penulisan partikel
A. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:    Bacalah buku itu baik-baik!
       Apakah yang tersirat dalam surat itu?
B. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
    Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
    Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
    Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:    Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
       Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
C. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:    Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
       Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.

8.    Penulisan Singkatan dan Akronim
A. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:    A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
       H. Hamid Haji Hamid
B. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:    NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
       UI Universitas Indonesia
    b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:    PT perseroan terbatas
       MAN madrasah aliah negeri
C. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:    hlm. halaman
       dll. dan lain-lain
D. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:    a.n. atas nama
       d.a. dengan alamat
E. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:    Cu kuprum
       cm sentimeter
F. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:    BIG Badan Informasi Geospasial
       BIN Badan Intelijen Negara
G. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:    Bulog Badan Urusan Logistik
       Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
H. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:    iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
       pemilu pemilihan umum
9.    Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000),_V (5.000),_M (1.000.000)
A. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:    Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
       Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
B. a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:    Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
       Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
                   50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
       3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
b. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:    Panitia mengundang 250 orang peserta.
       Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
       250 orang peserta diundang panitia.
       25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
C. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
    Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
    Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
D. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.
Misalnya:    0,5 sentimeter
       5 kilogram
E. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:    Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
       Jalan Tanah Abang I/15
F. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:    Bab X, Pasal 5, halaman 252
       Surah Yasin: 9
G. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan Utuh
Misalnya:    dua belas (12)
       tiga puluh (30)
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:    setengah atau seperdua (1/2)
       seperenam belas (1/16)
H. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:    abad XX
       abad ke-20
I. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:    lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
       tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
J. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
    Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
    Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
K. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
    Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
    Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
L. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:    Kelapadua
       Kotonanampek

10.    Pemakaian Tanda Titik
A.   Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:    Mereka duduk di sana.
            Dia akan datang pada pertemuan itu.
B.   Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:         a. I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada Misalnya 2b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
Misalnya:         Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur Organisasi
C.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:    pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik
       atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
D.  Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
    Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
    Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
E.   Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:    Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
       Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:         Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
 (3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Misalnya:         Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

11.    Pemakaian Tanda Koma
A. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:         Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
B. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:         Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
C. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:         Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Catatan:   Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:         Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
D. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
E. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:         O, begitu?
Wah, bukan main!
F. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:         Kata nenek saya, Kita harus berbagi dalam hidup ini.
Kita harus berbagi dalam hidup ini,‖ kata nenek saya, karena manusia adalah makhluk sosial.‖
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:         "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
G. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
H. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
I. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
J. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:         B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
K. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:         12,5 m
27,3 kg
L. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, Misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
M. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:   Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
      Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

12.    Pemakaian Tanda Titik Koma
A. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:         Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
B. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
C. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

13.    Pemakaian Tanda Titik Dua
A. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Misalnya:   Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
      Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
B. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:         Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
C. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:         a. Ketua : Ahmad Wijaya
   Sekretaris : Siti Aryani
   Bendahara : Aulia Arimbi
D. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:         Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
E. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:         Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Albaqarah: 2—5

14.    Pemakaian Tanda Hubungan
A. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:         Di samping cara lama, diterapkan juga ca-ra baru ….
Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum- put laut.
B. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya:         anak-anak
berulang-ulang
C. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:         11-11-2013
p-a-n-i-t-i-a
D. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:         ber-evolusi
meng-ukur
Bandingkan dengan :
be-revolusi
me-ngukur
E. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).
Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
F. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:         di-sowan-i (bahasa Jawa, ‗didatangi‘)
ber-pariban (bahasa Batak, ‗bersaudara sepupu‘)
G. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi    
pembetonan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar