Assalamualaikum wrwb..
Alhamdulillah… Kali ini admin akan
membagikan ilmu yang admin dapatkan pada 4 mei 2019, ini admin dapatkan dari
mengikuti “RINGTONE” atau Sharing at Handphone yang disampaikan oleh Ika F dengan
tema “Agar Ramadhan Lebih Bermakna”.
Gaessfillah, mungkin bagi sebagian
orang Ramadhan hanyalah bulan biasa yang sedikit berbeda di rutinitas nya
dengan makanan. Mungkin bagi sebagian orang Ramadhan hanyalah bulan yang harus
di lalui untuk menunggu-nunggu waktu lebaran, mungkin bagi sebagian orang
Ramadhan sebiasa itu.
Lalu bagaimana dengan kita?
Benarkah kita merindukan Ramadhan?benarkan kita menanti-nanti datangnya dan
sedih ketika berpisah dengannya? Apa yang membedakan orang benar-benar rindu
dengan rindu yang palsu? Sederhana. Yaitu persiapan. Apa
yang kita siapkan untuk menyambutnya.
Sudah punya kah kita sederet target
paket amal yang akan kita kejar fadhilahnya? Ketika amal wajib berpahala
berganda lipat, ketika amalan sunnah di pahala kan setara yang wajib, ketika
golongan penggoda di belenggu, kita ngapain aja?
Akankah masih sama saja kuantitas
dan kulitas amal kita? Padahal Allah telah hadirkan Ramadhan sebagai bulan
tarbiyah, mengasah jiwa dan raga, untuk bertambah tunduk dan taat kepadaNya.
1 perintah Allah yang mungkin sudah
sering sekali menyapa telinga kita, namun sudahkah ia menyentuh hati kita?
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,agar kamu
bertaqwa.”QS Al Baqoroh : 183
Ada seruan khusus disitu, bahwa
perintah ini hanya bisa di pahami oleh mereka yang beriman, untuk apa?
Berpuasa. Agar apa? Mencapai taqwa. Pertanyaannya, sudah berapa banyak
ramadhan yang kita lalui? Lalu kemana Taqwa? Padahal jelas,bahwa mukmin yang
melalui Ramadhannya akan mencapai derajat muttaqin.
Jika taqwa tak tergapai, bisa jadi
yang bermasalah ada iman pelakunya, bisa jadi yang bermasalah adalah hati yang
menjalaninya. Atau kemungkinan kedua, proses puasa nya lah yang bermasalah.
Maka takarlah kita dimana, evaluasi penuh sederet ramadhan yang sudah berlalu di belakang kita.
Dan persiapan apa yang harus kita
punyai untuk melalui ramadhan kali ini agar berbeda dan lebih bermakna?
Dalam buku Tazkiyatun Nafs nya Imam
Al Ghazali, ada beberapa syarat yang harus kita penuhi agar nanti dapat
mencapai kesempurnaan ber Ramadhan.
1. Ghadhul Bashor (menundukkan pandangan)
Terhadap apa? Bukan hanya pada lawan jenis, tapi pada setiap hal yang menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingat Allah. Terhadap fashion misalnya klo akhwat mah, atau pada takjil, tundukkan pandangan. Meski ketika puasa cendol terasa cantik sekali, es campur terasa menggiurkan sekali, tapi tundukkan lah pandangan, tidak semua yang diinginkan harus dipenuhi. Inilah makna dan urgensi kenapa pandngan kita harus dibatasi. Karena tidak semua yang kita pandang, hati kita bisa bersabar atas itu. Kdg penyakit lisan berawal dari pandnagan yang jelalatan, hingga aib orang yang kecil pun tampak dan lisan tak bisa bersabar untuk tidak berkomentar. Tundukkan pandangan. Pada yang bersileweran di medsos misalnya, dr mulai mukena, kue lapis, sampai toples lebaran. Atau bahkan, uninstall aja media media yang membuat waktu kita terbuang sia-sia, uninstall IG, FB, dsb. Atau games misalnya yang ikhwan ni kan? Ngabuburitnya dengan games, hhmm.. apa yang kita harapkan dari itu? Syafaat? Jelas tidak akan, itu buang2 waktu, jadi tahan tahan syahwatnya terhadap games, ganti dengan tilawah qu'ran.
2. Menjaga
Lisan, dari semua penyakit lisan dan Mengendalikannya dengan diam dan
menyibukkan dengan dzikrullah dan tilawah.
“Dua hal yang
dapat merusak puasa, yaitu ghibah dan dusta.” – Mujahid
Agama
“...Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah...“ QS Al Hujurat : 12
Dan
juga penyakit2 lisan yang lainnya, klo di era skrg mungkin setara dengan
penyakit jempol ketika posting-posting, iya kan? Maka jaga lah, batasi
postingan pada hal yang bermanfaat saja, fokus pada target apa yang ingin kita
kejar.
Ghibah di
samakan kondisinya dengan orang yang memakan daging saudara yang sudah mati,
alias bangkai. Tau bangkai? Daging busuk, berbelatung, bernanah, bau dan
menjijikan?
Berbuka dengan
air putih yang halal saja membatalkan puasa, lalu bagaimana jika memakan yang
haram serupa bangkai.
“Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah...” QS Al Maidah : 3
3. Menahan
Pendengaran
Apa yang haram
di ucapkan maka haram juga untuk didengar, maka menjadi pendengar dari suatu
forum ghibah juga dilarang, meski ga ikutan. Contoh : standbye depan channel TV
yang isi nya sampah semua, lalu mulai lah nanti lisan kita juga ikut
berkomentar pada gosip2 yang yang ditayangkan. Jangan sampai lisan kita berdosa
padahal tangan kita tak melakukannya. Atau mendengar musik-musik jahiliyah padahal
waktunya bisa diisi tilawah atau dengar ceramah. Cermatlah dalam memilih.
Siapkan memang perabotan utk alam kubur kita, penerang nya mau berapa watt,
teman nya mau serame apa, tentukan sekarang. Krn musik-musik yang kita dengar
itu tak mungkin menjadi syafaat diakhirat. So, kenapa kita harus berinteraksi
dg mereka?
4. Tidak
memperbanyak makanan halal
Lalu, makan
makanan haram? Tentu tidak, bukan itu kesimpulannya, kesimpulannya adalah jika
makanan halal saja di larang berlebihan apalagi makanan haram. Tidak
memperbanyak makanan halal disini maksudnya adalah pada saat berbuka. Karena
tujuan puasa adalah pengosongan dan menundukkan hawa nafsu untuk memperkuat
jiwa mencapai taqwa.
Jika kita sudah
lemahkan syahwat kita seharian berpuasa , lalu malamnya kita puaskan lagi ia
dengan banyak makan, maka wajar kita tak bergairah melakukan ketaatan-ketaatan
lain di malamnya, tarawihnya begah, tilawahnya ngantuk, tahajudnya lalai,
sahurnya dekat subuh, subuhnya kesiangan, lalu
tidur sepanjang siang. Lah? Kalo gitu, dimana taqwa?
Karena esensi dan rahasia puasa adalah melemahkan
berbagai kekuatan yang menjadi sarana syetan untuk kembali kepada keburukan.
Dan hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan pengurangan makanan. Bahkan
diantara adab nya adalah tidak memperbanyak tidur siang agar merasakan lapar
dan dahaga, dan lemahnya kekuatan. Jadi
ikhwahfillah , puasa tidak sama dengan reschedule makan. Puasa itu mengurangi
makanan, bukan sekedar mengubah jadwal makan.
Dan yang
terakhir, Setelah berbuka hati terguncang dan tergantung antara cemas dan
harap. Jadi gaes, berbuka bukanlah akhir dr segalanya. Hati terguncang dan
cemas mengkhawatirkan apakah puasanya diterima atau tidak seharian menahan
dahaga. Maka kita tetap harus selalu bersimpuh memohon agar Allah membuka kan
pintu penerimaan amal dari amal-amal yang telah kita lakukan.
“Berapa banyak
orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar
dan dahaga.” HR Ibnu Majah
Demikian
beberapa hal yang harus kita jaga , agar ramadhan kita tak berlalu sia-sia. Karena
bagi kita ramadhan adalah perang dengansyahwat saja, sedang Rasulullah dan
sahabatnya melalui ramadhan mereka dengan perang, perang beneran. rakyat kita, indonesia juga pernah melalui
ramadhan dengan perjuangan memerdekan bangsa dari penjajah. So, berbenahlah,
desain lah ramadhan kita seindah mungkin dan sedisiplin mungkin, tegaslah terhadap
diri..
“Sesungguhnya
Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai perlombaan melakukan ketaatan, ada yang
berlomba hingga menang, dan ada pula yang tertinggal lalu menyesal. Tetapi yang
sangat mengherankan adalah pemain yang tertawa-tawa disaat yang lain berpacu
meraih kemenangan.”
Hasan Al Bashri
Sekian yang dapat admin bagikan
pada postingan kali ini, semoga bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung.
Wasalamualaikum wrwb..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar