Santai dan Berpikir Apa yang Harus Dilakukan Sekarang

Minggu, 05 Mei 2019

Agar Ramadhan Lebih Bermakna




Assalamualaikum wrwb..
     Alhamdulillah… Kali ini admin akan membagikan ilmu yang admin dapatkan pada 4 mei 2019, ini admin dapatkan dari mengikuti “RINGTONE” atau Sharing at Handphone yang disampaikan oleh Ika F dengan tema “Agar Ramadhan Lebih Bermakna”.
    Gaessfillah, mungkin bagi sebagian orang Ramadhan hanyalah bulan biasa yang sedikit berbeda di rutinitas nya dengan makanan. Mungkin bagi sebagian orang Ramadhan hanyalah bulan yang harus di lalui untuk menunggu-nunggu waktu lebaran, mungkin bagi sebagian orang Ramadhan sebiasa itu.
Lalu bagaimana dengan kita? Benarkah kita merindukan Ramadhan?benarkan kita menanti-nanti datangnya dan sedih ketika berpisah dengannya? Apa yang membedakan orang benar-benar rindu dengan rindu yang palsu? Sederhana. Yaitu persiapan. Apa yang kita siapkan untuk menyambutnya.
     Sudah punya kah kita sederet target paket amal yang akan kita kejar fadhilahnya? Ketika amal wajib berpahala berganda lipat, ketika amalan sunnah di pahala kan setara yang wajib, ketika golongan penggoda di belenggu, kita ngapain aja?
     Akankah masih sama saja kuantitas dan kulitas amal kita? Padahal Allah telah hadirkan Ramadhan sebagai bulan tarbiyah, mengasah jiwa dan raga, untuk bertambah tunduk dan taat kepadaNya.
1 perintah Allah yang mungkin sudah sering sekali menyapa telinga kita, namun sudahkah ia menyentuh hati kita?
      “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,agar kamu bertaqwa.”QS Al Baqoroh : 183
     Ada seruan khusus disitu, bahwa perintah ini hanya bisa di pahami oleh mereka yang beriman, untuk apa? Berpuasa. Agar apa? Mencapai taqwa. Pertanyaannya, sudah berapa banyak ramadhan yang kita lalui? Lalu kemana Taqwa? Padahal jelas,bahwa mukmin yang melalui Ramadhannya akan mencapai derajat muttaqin.
     Jika taqwa tak tergapai, bisa jadi yang bermasalah ada iman pelakunya, bisa jadi yang bermasalah adalah hati yang menjalaninya. Atau kemungkinan kedua, proses puasa nya lah yang bermasalah. Maka takarlah kita dimana, evaluasi penuh sederet  ramadhan yang sudah berlalu di belakang kita.
Dan persiapan apa yang harus kita punyai untuk melalui ramadhan kali ini agar berbeda dan lebih bermakna?
     Dalam buku Tazkiyatun Nafs nya Imam Al Ghazali, ada beberapa syarat yang harus kita penuhi agar nanti dapat mencapai kesempurnaan ber Ramadhan.

      1. Ghadhul Bashor (menundukkan pandangan)
      Terhadap apa? Bukan hanya pada lawan jenis, tapi pada setiap hal yang menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingat Allah. Terhadap fashion misalnya klo akhwat mah, atau pada takjil, tundukkan pandangan. Meski ketika puasa cendol terasa cantik sekali, es campur terasa menggiurkan sekali, tapi tundukkan lah pandangan, tidak semua yang diinginkan harus dipenuhi. Inilah makna dan urgensi kenapa pandngan kita harus dibatasi. Karena tidak semua yang kita pandang, hati kita bisa bersabar atas itu. Kdg penyakit lisan berawal dari pandnagan yang jelalatan, hingga aib orang yang kecil pun tampak dan lisan tak bisa bersabar untuk tidak berkomentar. Tundukkan pandangan. Pada yang bersileweran di medsos misalnya, dr mulai mukena, kue lapis, sampai toples lebaran. Atau bahkan, uninstall aja media media yang membuat waktu kita terbuang sia-sia, uninstall IG, FB, dsb. Atau games misalnya yang ikhwan ni kan? Ngabuburitnya dengan games, hhmm.. apa yang kita harapkan dari itu? Syafaat? Jelas tidak akan, itu buang2 waktu, jadi tahan tahan syahwatnya terhadap games, ganti dengan tilawah qu'ran.
       2. Menjaga Lisan, dari semua penyakit lisan dan Mengendalikannya dengan diam dan menyibukkan dengan dzikrullah dan tilawah. 
      “Dua hal yang dapat merusak puasa, yaitu ghibah dan dusta.” – Mujahid
      “...Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah...“ QS Al Hujurat : 12
Ghibah di samakan kondisinya dengan orang yang memakan daging saudara yang sudah mati, alias bangkai. Tau bangkai? Daging busuk, berbelatung, bernanah, bau dan menjijikan?
Berbuka dengan air putih yang halal saja membatalkan puasa, lalu bagaimana jika memakan yang haram serupa bangkai.
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah...” QS Al Maidah : 3
Dan juga penyakit2 lisan yang lainnya, klo di era skrg mungkin setara dengan penyakit jempol ketika posting-posting, iya kan? Maka jaga lah, batasi postingan pada hal yang bermanfaat saja, fokus pada target apa yang ingin kita kejar.
      3. Menahan Pendengaran
            Apa yang haram di ucapkan maka haram juga untuk didengar, maka menjadi pendengar dari suatu forum ghibah juga dilarang, meski ga ikutan. Contoh : standbye depan channel TV yang isi nya sampah semua, lalu mulai lah nanti lisan kita juga ikut berkomentar pada gosip2 yang yang ditayangkan. Jangan sampai lisan kita berdosa padahal tangan kita tak melakukannya. Atau mendengar musik-musik jahiliyah padahal waktunya bisa diisi tilawah atau dengar ceramah. Cermatlah dalam memilih. Siapkan memang perabotan utk alam kubur kita, penerang nya mau berapa watt, teman nya mau serame apa, tentukan sekarang. Krn musik-musik yang kita dengar itu tak mungkin menjadi syafaat diakhirat. So, kenapa kita harus berinteraksi dg mereka?
      4. Tidak memperbanyak makanan halal
       Lalu, makan makanan haram? Tentu tidak, bukan itu kesimpulannya, kesimpulannya adalah jika makanan halal saja di larang berlebihan apalagi makanan haram. Tidak memperbanyak makanan halal disini maksudnya adalah pada saat berbuka. Karena tujuan puasa adalah pengosongan dan menundukkan hawa nafsu untuk memperkuat jiwa mencapai taqwa.
Jika kita sudah lemahkan syahwat kita seharian berpuasa , lalu malamnya kita puaskan lagi ia dengan banyak makan, maka wajar kita tak bergairah melakukan ketaatan-ketaatan lain di malamnya, tarawihnya begah, tilawahnya ngantuk, tahajudnya lalai, sahurnya dekat subuh, subuhnya kesiangan, lalu  tidur sepanjang siang. Lah? Kalo gitu, dimana taqwa?
Karena  esensi dan rahasia puasa adalah melemahkan berbagai kekuatan yang menjadi sarana syetan untuk kembali kepada keburukan. Dan hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan pengurangan makanan. Bahkan diantara adab nya adalah tidak memperbanyak tidur siang agar merasakan lapar dan dahaga, dan lemahnya kekuatan. Jadi ikhwahfillah , puasa tidak sama dengan reschedule makan. Puasa itu mengurangi makanan, bukan sekedar mengubah jadwal makan.
Dan yang terakhir, Setelah berbuka hati terguncang dan tergantung antara cemas dan harap. Jadi gaes, berbuka bukanlah akhir dr segalanya. Hati terguncang dan cemas mengkhawatirkan apakah puasanya diterima atau tidak seharian menahan dahaga. Maka kita tetap harus selalu bersimpuh memohon agar Allah membuka kan pintu penerimaan amal dari amal-amal yang telah kita lakukan.
“Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.” HR Ibnu Majah
Demikian beberapa hal yang harus kita jaga , agar ramadhan kita tak berlalu sia-sia. Karena bagi kita ramadhan adalah perang dengansyahwat saja, sedang Rasulullah dan sahabatnya melalui ramadhan mereka dengan perang, perang beneran.  rakyat kita, indonesia juga pernah melalui ramadhan dengan perjuangan memerdekan bangsa dari penjajah. So, berbenahlah, desain lah ramadhan kita seindah mungkin dan sedisiplin mungkin, tegaslah terhadap diri..
“Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai perlombaan melakukan ketaatan, ada yang berlomba hingga menang, dan ada pula yang tertinggal lalu menyesal. Tetapi yang sangat mengherankan adalah pemain yang tertawa-tawa disaat yang lain berpacu meraih kemenangan.”
Hasan Al Bashri

Sekian yang dapat admin bagikan pada postingan kali ini, semoga bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung.
Wasalamualaikum wrwb..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar